You are currently browsing the tag archive for the ‘puisi’ tag.
Menelikung sebuah harapan
Bersemayam di urat awan
Melesat di antara masa lalu dan hadapan
Tapi mengapa mengalirkan keraguan?
Ada yang terkenang
Ada yang berlinang
Ada yang melayang
Ada yang kepayang
Maka biarkanlah ia menjadi lantunan
Yang merdu walau tercekat tertahan
Ada detak yang menjelaja di jantung hatiku
Terdengar riuh diantara kesunyian malam itu
Tersungging syahdu bersama waktu
Tubuh bajapun tertembus peluru
Ada yang terlihat berbinar di cakrawala gulita
Memanggil rasa untuk bercerita
Membuatku mengawang tanpa kata
Mencoba mereda gelombang yang tercipta
Seketika gundah menjilat-jilat
Hanya lengkungan di wajah yang coba tersaji cepat
Menggugah gelitik yang mulai berat
Tapi segera mengikatnya dengan erat
Sebuah lantun akhirnya bersembunyi
Tersimpan rapat di dalam naluri
Menjadi misteri hingga esok hari
Bertanya-tanya apa yang akan terjadi lagi
———————————————————–
dari sebuah coretan apa adanya
tak tau harus menulis apa….
Ada yang berbeda dengan takbir yang merembes subuh ini
Semakin menyayat ketika tahmid pun mulai bersemai
Aku mencoba menyelam kedalam puisi-puisi
Namun semakin aku selami
Semakin aku tertatih dan lunglai
Perih di setiap sel terasa menari-nari
Sukma terasa tertusuk belati
Dan tanpa kusadari airmatapun berderai
Berapa jauh jalan yang telah kujalani?
Berapa banyak waktu yang aku miliki?
Berapa banyak cita-citaku yang telah tercapai?
Berapa banyak yang telah kuraih?
Tapi selalu saja buatku tidak berarti
Tapi selalu saja tak disyukuri
Malah menggerutu dan mencaci
Meledaklah letup api
Bersama jumawa yang sering menghantui
Kontras dengan sejuknya pagi
Dan mengalir deraslah derai
Kembali kukumpulkan gairah yang terberai
Ketika kiblat menyentuh dahi
Menyiapkan diri
Kembali mengejar mentari
Kekalahan, mengalah, terkalahkan kesendirian
Melalui kau, aku tau tentang sebuah kaki yang berlari cepat
Mudah menggapai tujuan dengan cepat
Tetapi aku terjerat, terperangkap layu yang berat
Kekalahan, mengalah, terkalahkan pengetahuan
Ketika samurai bertarung dengan perisai
Keduanya berkilau
Namun ada yang menyerang
Lainnya hanya mencoba bertahan
Kekalahan, mengalah, terkalahkan tantangan
Dan kesenanganku untuk dihindari
Dan kebahagianku untuk tertawa bersama badai
Jiwaku menggali kubur untuk semua yang mati
Larut dan hanyut bersama derai
Merenung mengisi mimpi… hanya mimpi.
Aku kembali memainkan gitar
Mencoba mereda getir yang bergetar
Rasa itu tetap saja datar
Teredam sakit yang mengakar
Maafkan aku yang terkadang jumawa
Mengikuti emosi dan terbawa
Meski aku sadar kau pernah istimewa
Tetapi aku tak jua mampu tersenyum bahkan tertawa
Kembali aku mainkan rintihan dawai
Dari resonansi yang sebenarnya damai
Bersama paku-paku hujan yang terdengar ramai
Menyanyikan lagu yang dulu sempat bersemai
Namun…
Tak ada lagi senandung yang merdu
Lenyap sudah alunan yang syahdu
Semua telah menjadi pilu
Hanya kenangan masa lalu
Aku masih disini
Hanya gitar yang menemani
Namun ditinggal oleh ritme dan melodi……
Sepi!
aku lebih senang seperti ini
keluar kota
berbaring sendiri
menatap langit-langit kamar
menembusnya
dan menatap mimpi-mimpiku yang jauh di atas angkasa
bahkan ketika aku bersua dengan alam
mendaki gunung
tak perlu lagi ada atap yang menghalangi Read the rest of this entry »
Fajar di awal bulan Syawal datang lagi
Menebar senyum kehangatan pagi
Kebesaran Tuhan bergema berkali-kali
Jalan terbaik kembali disinari
Bunga itu pernah layu dan tak berarti
Hampir saja mati
Penuh dosa berduri
Sedikit pahala yang membuatku bersemi
Entah kapan lidah mengucap Ilahi
Entah kapan sajadah menyentuh dahi
Entah kapan rejeki terbagi
Entah kapan maaf terurai
Bunga itu harus berkembang lagi
Gema Tuhan menyiram suci
Seharusnya bunga itu berganti
Menjadi bunga terkini
Lebih baik dan lebih suci
Lebih indah dan lebih fitri
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf dari Hati
Lewat setitik celah
Mencoba menelaah
Segala resah
Yang mulai gerah
Pada semua yang tak lagi indah Read the rest of this entry »
Recent Comments