You are currently browsing the category archive for the ‘sepi dan sendiri’ category.
Kekalahan, mengalah, terkalahkan kesendirian
Melalui kau, aku tau tentang sebuah kaki yang berlari cepat
Mudah menggapai tujuan dengan cepat
Tetapi aku terjerat, terperangkap layu yang berat
Kekalahan, mengalah, terkalahkan pengetahuan
Ketika samurai bertarung dengan perisai
Keduanya berkilau
Namun ada yang menyerang
Lainnya hanya mencoba bertahan
Kekalahan, mengalah, terkalahkan tantangan
Dan kesenanganku untuk dihindari
Dan kebahagianku untuk tertawa bersama badai
Jiwaku menggali kubur untuk semua yang mati
Larut dan hanyut bersama derai
Merenung mengisi mimpi… hanya mimpi.
Aku kembali memainkan gitar
Mencoba mereda getir yang bergetar
Rasa itu tetap saja datar
Teredam sakit yang mengakar
Maafkan aku yang terkadang jumawa
Mengikuti emosi dan terbawa
Meski aku sadar kau pernah istimewa
Tetapi aku tak jua mampu tersenyum bahkan tertawa
Kembali aku mainkan rintihan dawai
Dari resonansi yang sebenarnya damai
Bersama paku-paku hujan yang terdengar ramai
Menyanyikan lagu yang dulu sempat bersemai
Namun…
Tak ada lagi senandung yang merdu
Lenyap sudah alunan yang syahdu
Semua telah menjadi pilu
Hanya kenangan masa lalu
Aku masih disini
Hanya gitar yang menemani
Namun ditinggal oleh ritme dan melodi……
Sepi!
Entah sampai kapanku dapat bertahan
Menghadapi hujan yang turun terlalu deras
Menahan sengatan matahari yang begitu panas
Entah sampai kapanku dapat bertahan
Melewati malam yang gulita
Menghalau silaunya cahaya di siang hari
Tanpa dirimu…
Yang aku pahami
Aku harus tetap melanjutkan perjalanan
Jalur berliku, mendaki, menurun
Akan kulewati…
Tapi bukan denganmu lagi aku akan mencari tujuan itu…
Jangan menyangka ada kawan baru menemaniku
Karena masih sulit bagiku menjalani ini dengan orang lain
Biarkan aku melangkah sendiri lagi…
Ingin aku menangis sepuasnya, bukan meratapi nasib tetapi melampiaskan emosi yang membekam dalam jiwa. Read the rest of this entry »
Lewat jam 12 malam. Motor melaju kencang, melalui jalan yang mulai lengang. Lampu merah dan hijau tampak lelah berperang, berganti lampu kuning yang terus menerawang. Jarak yang membentang antara kampus dan rumah, tak menjadi penghalang. Menikmati semilir angin pantai serta cahaya bintang bisa membuatku sedikit tenang…
Lewat jam 12 malam, sendiri manarikan jemari di atas tuts komputer. Bersua dengan manusia di dunia maya dengan berbagai karakter.
Lewat jam 12 malam. Terduduk menyeruput kopi. Tak ada lagi koar yang berapi-api. Semua tlah sepi. Hanya tinggal mimpi yang menepi.
Lewat jam 12 malam. Membayangkan engkau menatap. Lalu mendekap. Kemudian mengelusku hingga terlelap. Tetapi bayanganmu menghilang dalam sekejap di telan malam yang semakin gelap.
Lewat jam 12 malam. Coba membekam masa kelam yang masih saja terpendam. Ku tutup mata, menunggu cahaya sang surya kembali menyiram dan berharap tak ada lagi hitam esok hari hingga lewat jam 12 malam.
Lewat jam 12 malam, apa yang kau lakukan???
Aku terpenjara dalam kalut pikiranku sendiri
Terbenam dalam sesal
Terhanyut dalam rindu
Semua…
Hampa…
Hambar…
Mati Rasa…
Aku ingin mengadu
Aku ingin berbagi
Diriku tak sanggup terus begini
Terkadang perasaan seperti ini menjadi motivasi
Tapi kini???
Semuanya menjadi beban yang akan selalu kupikul sendiri
Dimana kasih?
Dimana sayang?
Dimana cinta?
Kembali masa lalu memburamkan penglihatanku, membuatku ragu tuk melangkahkan kakiku maju ke depan.
Tak akan ada yang mengetahui!
Tak akan ada yang mengerti!
Tak akan ada yang memahami!
Ingin rasanya kumenangis tapi air mataku telah kering
Ingin rasanya kutersenyum tapi bibirku tak mau tersungging
Ingin rasanya ku tertawa tapi mulutku tak mau terbahak
Cukup aku yang terkunkung dalam jiwaku sendiri…
Antara sepi dan sendiriku…
Apakah arti tawaku ini
Apakah arti candaku ini
Apakah arti senyumku ini
Namun hati ini bersedih
Semunafik inikah diriku
Memendam luka dalam hati
Dan mengungkapkannya
Dalam canda yang semu
Tahukah mereka
Ada beban dalam hati ini
Tahukah mereka
Canda tawaku semu
Awalnya kupikir
Canda dan tawa ‘kan menyenangkan
Diriku…
Namun … apa… apa…
Yang dapat kurasakan
Luka itu semakin besar
Luka itu semakin perih
Haruskah kutunjukkan
Canda tawa semuku
Atau…
Kutunjukkan luka dihati
Dengan kesedihanku…
Teman…
Aku punya bakat
Tolong bantu aku mengembangkannya
Teman…
Aku punya bakat
Tolong bantu aku mengembangkannya
Teman…
Aku punya bakat
Tolong bantu aku mengembangkannya
Teman…
Aku punya bakat
Tolong bantu aku menunjukkannya pada dunia
Aku masih disini
Mencari arti hidupku
Yang tak lagi kumengerti
Meski masih terus kujalani
Ingin kutanggalkan semua beban
Mencoba tuk lepaskan himpitan rasa
Namun aku tak tahu
Mengapa ku tak kuasa
Aku tak tahu lagi
Apa yang aku cari
Tak ada lagi cita, asa, dan impian
Hanya puing kehancuran yang tersisa
Kini aku tak punya pegangan
Aku bagai berlayar tanpa arah
Hanya mampu kuikuti
Kemana angin terbangkan jiwaku
Kini aku terpaku
Dalam belenggu kehampaan
Dalam kekosongan yang menyiksa
Diantara sepi dan sendiriku
Aku memang membutuhkan teman yang banyak
Tapi…
Maaf
aku punya kehidupan sendiri
yang kamu, dia dan mereka tak perlu tahu
yang kamu, dia dan mereka tak perlu merasakan
yang kamu, dia dan mereka tak perlu memahami
Diriku yang berbeda dari apa yang kau lihat, dengar dan rasakan
Recent Comments