You are currently browsing the monthly archive for June 2007.
Ketika tawa renyah masih terasa
Ketika eforia puncak masik tersisa
Ketika pegal di paha dan betis masih membekas
Sesaat itu pula…
bendera putih berkibar liar
tepat di depan rumahku!
Aku tertegun…
Diam… Bertanya dalam hati. Siapa?
Takut… Bertanya dalam hati. Kapan?
Gundah… Bertanya dalam hati. Mengapa?
Tuhan, jauh aku berjalan
Mencari-Mu, mencari Kuasa-Mu
Kudaki, kuturuni, kujejaki…
Ternyata…
Kuasamu lebih dekat dari itu….!!!
Picingan matamu mengisyaratkan makna
Pandangan sebelah matamu menguratkan arti
Tak ada
Tak punya
Tak berarti
Ucapku
Lakuku
Peluhku yang mengalir
tak akan kau usap
Airmataku yang mengalir
tak akan kau hapus
jiwaku meringis sakit
tak akan kau obati
Kau sandung asaku
kau cegat anganku
kau tutup impianku
Karena diriku tiada arti untukmu, untuk kalian, untuk semua….
Entah mahasiswa telah kehilangan kreativitas atau mahasiswa kini terlalu kaya atau mahasiswa makin malas atau mahasiswa kini yg jauh lebih modern dan aku hanyalah manusia jadul (jaman dulu) yg hidup di masa yang salah.
Mahasiswa yang aku tahu adalah manusia kreatif yg bisa menghasilkan suatu karya dengan biaya semurah-murahx, memanfaatkan barang bekas slama msh bisa dimanfaatkan.
Hari ini…, gambaran itu telah punah ditelan jaman. Tak ada lagi kertas A4 ditempel2 mjd satu A2. Tak ada lagi tinta suntuk murah yang terpaksa di beli untuk memprint.
Segala hal yang bisa di bayar dan menyuruh orang mengerjakannya adalah wajah mental mahasiswa hari ini.
Aku ingin bangga, tapi tak tahu membanggakan apa! membanggakan kekayaan teman2ku, membanggakan ke moderean teman2ku, ataukah aku harus bangga hidup di jaman ini. Atau…. aku harus bangga bahwa “uang” telah menjadi Tuhan yg Maha Agung.
Aku ingin bersedih. Tapi apa yang mesti aku sedihkan? kemiskinanku? kemiskinan negaraku? atau kenyataan bahwa aku tak layak hidup di masa kini?
Recent Comments